Banten, Indonesia – Polemik mengenai nasab Habib Ba Alawi akhirnya menemui titik terang. Berdasarkan penelitian mendalam dan berbagai sumber otoritatif, nasab Ba Alawi dinyatakan tidak terhubung dengan keturunan Nabi Muhammad SAW. Hal ini terungkap melalui analisis mendetail terhadap kitab-kitab sejarah dan nasab sezaman yang tidak menyebutkan nama-nama Ba Alawi sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW dari abad kelima hingga kesembilan Hijriah.

Bukti Kuat dari Kitab Sezaman

Penulis artikel, Imaduddin Utsman al-Bantani, memaparkan bahwa tidak ada satu pun dari dua belas pertanyaan pokok mengenai nasab Ba Alawi yang dapat dijawab dengan bukti kuat. Kitab "Rasa’il Fi ‘Ilm al-Ansab" di halaman 183-184 telah disebutkan sebagai referensi utama, namun tidak ditemukan nama-nama Ba Alawi yang tercatat sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW. Bahkan, beberapa nama yang tercatat dianggap fiktif.

Penolakan Teori "Syuhroh wal Istifadoh"

Pendapat para ulama yang menyatakan bahwa nasab dapat diitsbat (diteguhkan) dengan teori "syuhroh wal istifadoh" ditolak jika bertentangan dengan sumber sezaman. Sumber-sumber sezaman dari abad kelima hingga kesembilan Hijriah tidak menyebutkan Ba Alawi sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW, menegaskan bahwa teori tersebut tidak dapat digunakan dalam konteks ini.

Kitab Syajarah al-Mubarokah dan Kesalahan Penulisan

Kitab Syajarah al-Mubarokah yang sering disebut sebagai karya Imam Fakhruraddin al-Razi juga diperdebatkan. Meskipun manuskrip tersebut jelas menunjukkan bahwa itu adalah karya Imam Fakhruraddin al-Razi, tidak ada bukti dalam kitab tersebut yang mendukung nasab Ba Alawi sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW.

Penelitian DNA Menguatkan Kesimpulan

Hasil uji DNA yang dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga mengonfirmasi bahwa Ba Alawi yang berhaplogroup bukan J1 bukanlah keturunan Nabi Muhammad SAW. Hal ini berdasarkan penelitian yang menyimpulkan bahwa keturunan Nabi Muhammad SAW semuanya berhaplogroup J1.

Imbauan untuk Mengakui Kesalahan

Imaduddin Utsman al-Bantani menekankan pentingnya mengakui kesalahan leluhur yang mungkin mengira mereka adalah keturunan Nabi Muhammad SAW. Mengakui kesalahan bukanlah hal yang hina, melainkan langkah mulia untuk menghentikan kesalahan yang terus berlanjut. Para ulama masa kini diimbau untuk menggunakan sumber-sumber yang lebih mudah diakses daripada di masa lalu untuk menjalankan tugas mereka dengan baik.

Penutup

Penulis juga menyayangkan adanya upaya penghalangan ceramah yang menentang klaim nasab Ba Alawi. Dia menegaskan pentingnya kebijaksanaan dan kesadaran dalam menghadapi masalah ini, terutama di masa pemilu. Penulis berharap agar masyarakat tidak dipaksa untuk mempercayai klaim nasab tanpa bukti yang kuat. Semoga Allah selalu membimbing kita ke jalan yang diridhoi-Nya. Amin.


Artikel ini dirancang untuk memberikan pemahaman yang jelas dan berdasarkan bukti mengenai polemik nasab Habib Ba Alawi. Semoga informasi ini bermanfaat dan menambah wawasan kita semua.

 

sumber

RMINU BANTEN