Rezeki, suatu hal yang sudah diatur oleh Allah Swt. Tetapi, bagaimana Allah mengaturnya? Allah memberikan rezeki kepada kita melalui berbagai ikhtiar yang harus kita lakukan. Saat kita duduk di meja makan dengan hidangan yang tersaji, itu bukanlah rezeki kita. Kita perlu berikhtiar dengan menyajikan makanan ke piring, mengambilnya, dan memakannya. Hanya melalui upaya ini hidangan itu menjadi rezeki kita.

Berikhtiar mencari rezeki adalah perintah Allah. Mencari rezeki tanpa berikhtiar adalah melanggar perintah-Nya. Oleh karena itu, kita perlu berusaha dengan tulus untuk mendapatkan rezeki yang halal. Tetapi, perlu diingat bahwa ungkapan "rezeki sudah diatur oleh Allah" tidak boleh disalahgunakan sebagai alasan untuk malas bekerja atau tidak berusaha.

Ada dua konteks penting dalam ungkapan ini. Pertama, jangan mencari rezeki dengan cara yang dilarang oleh Allah seperti mencuri, menipu, atau menyakiti orang lain. Kedua, jangan terlalu sibuk mencari rezeki hingga melupakan Allah. Rezeki harus dicari dengan ikhtiar yang seimbang, dan harta tidak boleh menjadi tujuan utama hidup.

Beberapa orang mungkin salah memahami ungkapan ini dan malah menjadi malas bekerja, menganggap bahwa rezeki sudah diatur oleh Allah. Ini adalah pandangan yang keliru. Allah memberikan rezeki kepada mereka yang berusaha dengan sungguh-sungguh.

Mengelola rezeki yang sudah kita dapatkan juga membutuhkan ikhtiar. Tanpa usaha, harta dan uang kita akan habis tanpa keperluan yang jelas. Mengelola uang dengan bijak adalah bentuk bersyukur kepada Allah. Bersyukur bukan hanya tentang menerima rezeki, tetapi juga tentang bagaimana kita mengelolanya.

Allah menyarankan dalam Al-Qur'an untuk tidak menghambur-hamburkan harta. Mengelola harta dengan bijak adalah bentuk ketaatan kepada-Nya. Ada banyak orang yang mendapatkan harta tanpa harus bekerja keras, seperti yang mewarisi dari orang tua. Namun, tanpa ikhtiar dalam mengelola, harta itu bisa habis sia-sia.

Mengelola uang dengan bijak adalah kewajiban. Kita tidak boleh bersikap lalai atau mengandalkan bahwa Allah pasti akan memberikan rezeki lagi. Allah berfirman, "Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan (pula) terlalu mengulurkannya (sangat pemurah) nanti kamu menjadi tercela dan menyesal." (Q.S Al-Isra’ [17]: 29).

Allah juga menjanjikan rezeki yang tak terduga kepada orang bertakwa. Namun, kita tidak boleh terlalu percaya diri. Fokuslah pada usaha yang dapat kita lakukan. Faktor tak terduga adalah wilayah yang tidak dapat kita kendalikan.

Dunia ini hanya menawarkan sensasi belaka. Kenikmatan dunia itu sesaat dan menipu. Paling tidak, kita harus mengelola rasa ini dengan baik. Sensasi makan di restoran mewah hanya berlangsung beberapa menit, setelahnya sensasi yang sama bisa dirasakan di tempat sederhana. Begitu juga dengan kekayaan dan kemewahan dunia.

Intinya, kita harus bijak dalam mengelola rezeki yang telah diatur oleh Allah. Dengan ikhtiar dan sikap bersyukur, kita dapat menjalani hidup dengan lebih bermakna. 

 

sumber BINCANG SYARIAH