Mengulas sejarah berdirinya Negara Israel dan konflik yang terkait dengan penjajahan di Tanah Palestina membawa kita ke dalam ranah yang kompleks dan kontroversial. Perlu ditekankan bahwa topik ini melibatkan banyak pertarungan kekuatan yang tak hanya bersifat agama, melainkan juga mencakup aspek-aspek ekonomi dan politik yang seringkali mengatasnamakan agama.
Tentu saja, dalam peta kekuatan konflik di tanah suci Palestina, kita dapat melihat kerumitan yang semakin mendalam. Dua kutub kekuatan besar dunia, Barat dan Soviet, pernah ikut serta dalam mempengaruhi isu Palestina di masa lalu. Saat ini, peta pertarungan tersebut tetap kompleks, dengan dukungan Israel yang erat oleh Amerika dan negara-negara Barat yang berhadapan dengan dukungan politik dari negara-negara yang kontra terhadap Amerika, Barat, dan NATO, seperti Rusia, Iran, China, dan Korea Utara.
Namun, konflik yang terjadi di Palestina jauh dari sekadar perang agama. Ini melibatkan berbagai kekuatan, termasuk perjuangan rakyat Palestina yang digerakkan oleh pemimpin seperti Dr. George Habash, yang mendirikan Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina atau yang lebih dikenal sebagai Popular Front for the Liberation of Palestina (PFLP). Gerakan ini, jauh dari semangat agama, berhaluan komunis dan memiliki tujuan yang sama dalam pembebasan Palestina serta perlawanan terhadap Israel.
Untuk memahami sepenuhnya konteks sejarah ini, mari kita telaah beberapa peristiwa kunci yang terjadi selama abad ke-20.
Awal Mula Sengketa di Tanah Suci
Pada awal abad ke-20, wilayah Palestina merupakan bagian dari Kesultanan Utsmaniyah yang tengah mengalami penurunan. Pada masa Perang Dunia I, Inggris dan Prancis menduduki wilayah ini. Setelah berakhirnya Perang Dunia I, Perjanjian Versailles tahun 1919 dan Perjanjian Sèvres tahun 1920 menentukan nasib wilayah tersebut.
Deklarasi Balfour (1917)
Pada tahun 1917, Menteri Luar Negeri Inggris, Arthur Balfour, mengeluarkan deklarasi yang dikenal sebagai Deklarasi Balfour. Deklarasi ini menyatakan bahwa Inggris mendukung pembentukan "rumah nasional bagi bangsa Yahudi" di Palestina. Hal ini membuka jalan bagi imigrasi besar-besaran Yahudi ke wilayah tersebut. Imigran Yahudi berbondong-bondong tiba di Palestina akibat tragedi berdarah yang dilancarkan oleh Nazi. Mereka mendapatkan tempat yang aman di Palestina dan mulai membangun komunitas dari tahun ke tahun. Legitimasi yang diberikan oleh Inggris semakin memantapkan langkah mereka, meskipun mendapat perlawanan dari penduduk Arab Palestina.
Mandat Liga Bangsa-Bangsa
Setelah Perang Dunia I, Liga Bangsa-Bangsa memberikan mandat kepada Inggris untuk mengelola Palestina, yang mencakup wilayah yang sekarang menjadi Israel dan Palestina. Mandat ini diatur oleh Kepala Mandat Palestina, yang pada awalnya mengikuti visi Deklarasi Balfour.
Aliyah dan Pembentukan Negara Israel
Antara Perang Dunia I dan Perang Dunia II, jumlah imigran Yahudi meningkat secara signifikan melalui Aliyah (pemulangan orang Yahudi ke Palestina). Mereka mendirikan komunitas-komunitas di sana dan membangun infrastruktur politik dan ekonomi yang mendukung pendirian negara mereka sendiri. Awal berdirinya negara Israel tidak sepenuhnya mengisi seluruh tanah seperti saat ini, tetapi pembagian wilayah yang tidak adil dengan 55 persen penguasaan di bawah negara Israel mulai menimbulkan gejolak.
Konflik Arab-Israel 1947-1949
Penolakan Arab terhadap pendirian negara Yahudi di Palestina memicu konflik bersenjata pada tahun 1947. Pada tahun 1949, setelah berakhirnya perang, Israel diakui sebagai negara merdeka oleh sejumlah negara.
Pengusiran dan Pengungsi Palestina
Konflik ini berdampak besar pada penduduk Arab Palestina. Banyak orang Palestina mengungsi atau diusir dari rumah mereka selama perang, dan ini menciptakan masalah pengungsi yang berlanjut hingga hari ini.
Perang Arab-Israel 1967 dan Pendudukan
Pada tahun 1967, Perang Enam Hari terjadi antara Israel dan negara-negara Arab. Israel berhasil merebut Tepi Barat, Jalur Gaza, Yerusalem Timur, dan Semenanjung Sinai. Ini adalah awal dari pendudukan Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza, yang berlanjut hingga sekarang. Luas wilayah Palestina semakin menyusut dari tahun ke tahun, meninggalkan Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Upaya Perdamaian dan Konflik Terkini
Selama beberapa dekade, telah ada upaya-upaya perdamaian yang diintervensi oleh berbagai pihak, termasuk Amerika Serikat. Namun, upaya-upaya ini belum mencapai penyelesaian yang memuaskan, dan konflik berlanjut hingga hari ini.
Upaya militer Israel terhadap warga Palestina kerap terjadi dan menimbulkan korban. Namun, perlawanan rakyat Palestina juga tidak pernah padam. Terakhir, pasukan militant Hamas melancarkan serangan Badai Al-Aqsa yang mengguncang Israel. Akibatnya, konflik di Jalur Gaza kembali mencapai puncaknya dan menimbulkan banyak korban dari kedua belah pihak.
Kehadiran Negara Israel dan penjajahan di Tanah Palestina mencerminkan konflik yang kompleks dan melibatkan berbagai pihak dengan klaim historis dan politik yang berbeda. Ini adalah masalah yang sangat sensitif dan penuh emosi, yang terus mempengaruhi situasi politik di kawasan tersebut dan mengakibatkan penderitaan bagi banyak orang di kedua sisi konflik. Sejarah ini menjadi latar belakang penting dalam memahami situasi saat ini di Tanah Suci.
0 Komentar