Dalam beberapa hari terakhir, pasar kripto telah menjadi semakin kuat, dengan Bitcoin berhasil mencapai USD 35.000 atau setara dengan Rp 557,5 juta (dengan asumsi kurs Rp 15.921 per dolar AS). Ini adalah kenaikan tertinggi untuk Bitcoin dalam sekitar 18 bulan.
Namun, apa dampak kenaikan harga Bitcoin ini terhadap Bitcoin Halving Day yang akan datang pada tahun 2024?
Menurut Crypto Analyst Reku Afid Sugiono, faktor utama di balik situasi ini adalah optimisme terkait keputusan ETF Bitcoin, terutama terkait ARK Investment yang dijadwalkan pada tanggal 10 Januari 2024, serta peningkatan minat pada pengajuan ETF Bitcoin Spot oleh BlackRock di DTCC.
Optimisme terhadap persetujuan ETF Spot ini telah mencatatkan kenaikan signifikan dalam harga Bitcoin dan berpotensi mendorong partisipasi besar dari masyarakat.
"Dalam satu sisi, hal ini tentu saja merupakan katalis positif menjelang halving 2024, namun para investor perlu bersiap untuk menghadapi potensi perubahan kondisi pasar di masa depan," kata Afid dalam siaran pers, dikutip pada Kamis (26/10/2023).
Afid menambahkan bahwa, terlepas dari apakah ETF Spot ini disetujui atau tidak, kemungkinan tetap ada penurunan harga menjelang halving. Ini merupakan pola yang terjadi sebelum kenaikan Bitcoin, seperti yang terjadi dalam sejarah beberapa tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa saat halving, Bitcoin memerlukan waktu sekitar 6 hingga 9 bulan untuk mengakumulasi asetnya.
Data Historis
Sejarah menunjukkan bahwa saat halving tahun 2020, yang terjadi pada bulan Mei, harga Bitcoin mengalami penurunan sebesar 50 persen pada hari sebelum halving dan turun sebesar 58 persen dua bulan sebelum halving. Selanjutnya, kenaikan harga terjadi secara bertahap hingga mencapai puncaknya pada bulan Desember. Jika kita mempertimbangkan data historis ini, halving yang dijadwalkan pada tahun 2024 memiliki potensi untuk menyebabkan lonjakan harga dalam waktu 6 hingga 9 bulan setelahnya.
Afid mengatakan bahwa akan selalu ada tren yang berpotensi menjadi katalis di balik halving Bitcoin. Pada halving tahun 2017, Initial Coin Offering (ICO) menjadi katalis yang mendorong pertumbuhan Bitcoin. Kemudian pada tahun 2021, DeFi dan NFT menjadi faktor pendorong lonjakan harga. Pada tahun 2024 yang akan datang, ETF Spot, yang menawarkan variasi baru dalam investasi Bitcoin, mungkin akan menjadi pendorong kenaikan harga.
"Namun, para investor tetap harus bijak dan siap menghadapi penurunan harga sebelum Bitcoin kembali mengalami lonjakan. Salah satu langkah yang bisa diambil adalah dengan diversifikasi ke aset kripto lainnya dan rutin memantau kondisi pasar, sebagaimana yang tersedia di Learning Hub Reku," tutup Afid.
Harga Bitcoin Menguat Selama 3 Hari Berturut-turut
Sebelumnya, nilai Bitcoin telah meningkat dua kali lipat selama tahun ini, mengalami kebangkitan yang mengejutkan setelah tahun 2022 yang penuh gejolak, yang membuat beberapa orang meragukan prediksi kehancuran aset digital.
Dilansir dari Yahoo Finance pada Kamis (26/10/2023), mata uang kripto terbesar berdasarkan nilai pasar ini telah menguat selama tiga hari berturut-turut, mendorong harganya kembali ke kisaran USD 35.000 atau setara dengan Rp 557,5 juta (dengan asumsi kurs Rp 15.928 per dolar AS), mencapai level tertinggi dalam 18 bulan.
Pada tahun lalu, Bitcoin mengalami penurunan sebesar 64 persen akibat skandal dalam industri dan kebangkrutan. Namun, pada akhir tahun 2021, Bitcoin mencapai rekor hampir USD 69.000 atau setara dengan Rp 1 miliar.
Peningkatan ekspektasi terkait Keamanan dan Bursa AS (SEC) untuk menyetujui dana yang diperdagangkan di bursa dan berinvestasi langsung dalam mata uang kripto setelah satu dekade pertimbangan telah memicu reli lebih dari 25 persen dalam dua minggu terakhir.
Terbesar Sejak Maret
Pada hari Senin, pengadilan banding federal meresmikan kemenangan Grayscale Investments LLC dalam upayanya untuk menciptakan ETF berdasarkan Bitcoin. Pekan lalu, harga Bitcoin naik sekitar 10 persen, mencapai harga tertinggi sejak bulan Agustus, karena ada laporan salah yang mengindikasikan BlackRock Inc. telah mendapatkan persetujuan SEC untuk ETF.
Reli selama tiga hari ini merupakan yang terbesar sejak bulan Maret. Ketika Silicon Valley Bank mengalami masalah pada tanggal 10 Maret, Bitcoin menguat selama empat hari berturut-turut, melampaui USD 26.000 atau setara dengan Rp 414,1 juta untuk pertama kalinya sejak Juni tahun lalu.
Meskipun ada kemungkinan penurunan harga Bitcoin dalam jangka pendek, mata uang tersebut diproyeksikan untuk terus menguat dalam jangka panjang, menurut James Butterfill, kepala penelitian di CoinShares.**
sumber: LIPUTAN6
0 Komentar