Maulid Nabi, peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW, telah menjadi salah satu acara penting dalam kalender Islam yang meriah dan disambut dengan penuh suka cita di berbagai belahan dunia. Meskipun tidak ada nash (ayat atau hadis yang tegas) dalam Al-Qur'an dan Hadis yang secara eksplisit merayakan maulid, ada sejumlah pandangan yang memperbolehkan dan merangkul tradisi ini.
Pendapat Ibnu Hajar dan Al-Suyuthi
Ibnu Hajar (sebagaimana yang dikutip oleh Imam Al-Suyuthi) menyatakan bahwa prosesi Maulid tidak ada di tiga kurun salafus saleh, yaitu generasi terbaik di mata Islam. Namun, Ibnu Hajar juga mengingatkan bahwa ini tidak dapat secara otomatis dianggap sebagai bid'ah yang tercela. Ini menggambarkan bahwa sementara tidak ada catatan eksplisit tentang peringatan maulid dalam generasi awal Islam, hal ini juga tidak secara langsung dihukum sebagai perbuatan yang salah.
Pentingnya adalah bagaimana peringatan maulid ini dilakukan. Prosesi ritual maulid bisa menjadi bid'ah tercela jika diisi dengan praktik-praktik yang tidak pantas atau bertentangan dengan ajaran Islam. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa peringatan maulid dilakukan dengan tata cara yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan etika yang baik.
Sikap Hadratus Syekh KH. Hasyim Asy’ary
Hadratus Syekh KH. Hasyim Asy’ary menjelaskan bahwa maulid yang disunnahkan oleh para imam Islam adalah saat berkumpulnya orang-orang untuk membaca ayat-ayat Al-Qur'an, meriwayatkan hadits-hadits tentang permulaan perihal Nabi, serta mengingat peristiwa-peristiwa istimewa seputar kelahiran dan kehidupan beliau. Selain itu, mereka biasanya menyediakan hidangan untuk dimakan bersama.
Dalam konteks ini, asalkan semua tindakan tersebut dilakukan dengan adab yang baik dan sesuai dengan ajaran Islam, tidak ada larangan atau haram untuk merayakan maulid. Hal ini menggarisbawahi pentingnya menjalankan tradisi ini dengan tata cara yang baik dan menjaga nilai-nilai etika dalam prosesnya.
Dalil Maulid dari Al-Qur'an dan Hadis
Sebagai pendukung peringatan maulid, beberapa ayat Al-Qur'an dan hadis telah diidentifikasi yang secara implisit memberikan legitimasi untuk perayaan ini. Namun, penting untuk diingat bahwa ini adalah pandangan yang masih diperdebatkan dan tidak mendapat persetujuan universal dalam Islam.
Pertama, ayat Al-Qur'an dalam surat Yunus ayat 58 menyatakan bahwa Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Ini menunjukkan bahwa merayakan kelahiran Nabi adalah suatu bentuk penghormatan terhadap beliau. Meskipun tafsir ini cukup kuat, beberapa ulama mungkin memiliki pandangan berbeda terkait interpretasi ayat ini.
Kedua, ayat dalam surat Ali Imran ayat 164 menjelaskan bahwa Allah memberikan rahmat-Nya kepada orang-orang beriman dengan mengutus seorang Rasul di tengah-tengah mereka. Ini menggarisbawahi pentingnya memahami dan mengenali Nabi sebagai rahmat Allah.
Ketiga, hadis yang mengisahkan bahwa Nabi Muhammad SAW berpuasa pada hari Senin karena itu adalah hari kelahirannya. Ini menunjukkan bahwa Nabi sendiri mengakui hari kelahirannya dengan cara ini. Meskipun tidak secara langsung berhubungan dengan maulid, hal ini bisa dianggap sebagai pandangan yang mendukung perayaan kelahiran Nabi.
Keempat, dalam surah Al-Ahzab ayat 56, Allah memerintahkan untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad. Shalawat adalah doa dan penghormatan kepada Nabi, dan ini adalah unsur penting dalam peringatan maulid.
Meskipun ada pandangan yang mendukung peringatan maulid, ada juga pandangan yang menentangnya. Oleh karena itu, penting untuk mendekati peringatan maulid dengan penuh pengertian, adab, dan rasa hormat terhadap perspektif berbeda dalam Islam. Prinsip utama adalah menjalankan tradisi ini dengan tata cara yang baik, tanpa melibatkan praktik-praktik yang tidak sesuai dengan ajaran agama, dan tetap menjaga nilai-nilai etika Islam dalam prosesnya.
Dalam akhirnya, peringatan maulid harus dipahami sebagai bentuk penghormatan dan cinta terhadap Nabi Muhammad SAW. Hal ini adalah bagian penting dalam ekspresi iman dan rasa penghargaan terhadap peran beliau dalam membimbing umat Islam. Seperti halnya banyak aspek agama, perayaan maulid adalah subjek perdebatan dan interpretasi yang beragam dalam dunia Islam. Oleh karena itu, sangat penting untuk menjalankannya dengan penuh pengertian, rasa hormat, dan adab terhadap perspektif berbeda dalam agama ini.
Rujukan Bincang Syariah
0 Komentar