Ketika tubuh merasa tidak sehat, kita cenderung mencari obat pereda nyeri yang tersimpan di lemari obat atau kotak penyimpanan. Namun, terdapat beberapa obat, seperti obat batuk dan pilek, yang mungkin sudah melewati tanggal kedaluwarsa sejak dua tahun lalu.
Apakah Anda tahu apa dampaknya, terutama yang berhubungan dengan ginjal?
Melalui sebuah survei di Instagram dalam acara 'Talking Point', sebanyak 33 persen dari 708 responden mengakui bahwa mereka telah mengonsumsi obat yang telah kedaluwarsa. Sementara 19 persen lainnya mengatakan bahwa mereka tidak pernah memeriksa tanggal kedaluwarsa sebelum mengonsumsi obat.
Program 'Talking Point' Singapura baru-baru ini melakukan penelitian tentang efektivitas dan keamanan obat-obatan yang telah kedaluwarsa. Berikut adalah enam hal penting yang perlu Anda ketahui:
1. Durasi Simpan Obat
Setiap obat memiliki batasan waktu penyimpanan yang berbeda. Misalnya, untuk pil dan kapsul, durasi simpannya berkisar antara "paling singkat enam bulan" hingga "selama lima tahun", menurut Priscilla Lim, kepala apoteker The Pharmacy Inc.
Obat cair biasanya dapat disimpan selama dua tahun, sementara obat mata dapat bertahan antara satu hingga dua tahun. Di sisi lain, obat-obatan yang dikhususkan untuk "kebutuhan unik" pasien biasanya hanya dapat disimpan selama enam bulan karena bahan alaminya. Beberapa obat juga memiliki masa simpan yang lebih lama karena senyawa kimianya lebih stabil dan lebih tahan terhadap kontaminasi lingkungan.
2. Efektivitas Obat yang Kadaluwarsa
Efektivitas obat yang telah kedaluwarsa dapat bervariasi. Hasil dari program 'Talking Point' menunjukkan bahwa empat dari lima sampel obat yang telah kedaluwarsa lebih dari satu tahun masih efektif, dengan tingkat efektivitas di atas 90 persen, yang merupakan standar yang ditetapkan oleh produsen. Efektivitas obat ini juga dapat dipengaruhi oleh cara penyimpanannya, yang merupakan faktor penting, menurut Lita Chew, kepala departemen farmasi di National Cancer Centre Singapore (NCCS).
3. Pengaruh Penyimpanan Obat di Kulkas
Saat ini, banyak orang cenderung menyimpan obat di dalam lemari es. Namun, hal terbaik yang dapat dilakukan adalah memeriksa petunjuk penyimpanan pada label obat. Ada obat-obatan yang bisa rusak jika disimpan terlalu dingin, dan harus disimpan pada suhu antara 15 hingga 25 derajat Celsius. Beberapa obat bahkan tidak boleh disimpan di dalam oven atau lemari es, tetapi cukup di laci atau di rak. Namun, di negara dengan cuaca panas seperti Singapura, ini bisa menjadi masalah.
4. Risiko Mengonsumsi Obat yang Rusak
Obat-obatan tertentu, seperti obat batuk sirup, obat semprot hidung, krim antijamur, steroid, dan obat tetes mata, dapat terkontaminasi oleh bakteri. Meskipun hasil laboratorium menunjukkan bahwa sebagian besar sampel tidak mengandung lebih dari 10 bakteri, obat-obatan ini masih harus digunakan dengan hati-hati.
5. Cara Mengenali Obat yang Harus Dibuang
Selain memeriksa tanggal kedaluwarsa, Anda juga dapat memeriksa obat berdasarkan bau atau perubahan fisiknya. Bau asam misalnya, adalah salah satu tanda obat yang rusak. Beberapa obat juga mengembang atau berubah menjadi bentuk bubuk, yang menandakan bahwa obat tersebut tidak lagi aman untuk dikonsumsi.
6. Obat Tanpa Resep Dokter
Untuk memenuhi kebutuhan obat-obatan, beberapa orang memberikan atau menjual persediaan obat mereka secara online. Namun, ini seringkali ilegal, terutama jika obat tersebut seharusnya memerlukan resep dokter. Penting untuk selalu berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum mengonsumsi obat-obatan tertentu, untuk memastikan kelayakan dan mencegah efek samping yang tidak diinginkan. Tidak ada yang bisa menggantikan saran medis yang tepat.
Keselamatan dan keefektifan obat sangat penting, dan keputusan untuk mengonsumsi obat yang kedaluwarsa harus didasarkan pada informasi yang tepat. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan jika Anda memiliki keraguan atau kekhawatiran terkait obat-obatan Anda. Ginjal Anda dan kesehatan Anda adalah prioritas utama.
0 Komentar