Terbatasnya perhatian orang dan banyaknya informasi di media sosial mendorong penyebaran berita palsu dan hoax menjadi begitu cepat.
Inilah hasil studi yang dilansir dari Live Science pada Ahad (2/7). Para peneliti melihat beberapa mekanisme potensial yang mungkin berperan dalam penyebaran informasi yang keliru. Hal ini dilakukan oleh para peneliti dengan mengembangkan model komputer untuk membagikan meme sehingga terlihat bagaimana perhatian individu dan muatan informasi yang diterima oleh pengguna media sosial mempengaruhi popularitas meme berkualitas rendah dan tinggi.
Para peneliti menganggap meme lebih berkualitas kalau orisinal, memiliki foto yang indah atau memuat informasi yang benar. Para peneliti menemukan meme berkualitas rendah dan tinggi memiliki kecenderungan yang sama untuk dibagikan karena perhatian pengguna media sosial yang terbatas.
Periset berharap pemahaman mengenai mengapa dan bagaimana penyebaran berita palsu
dapat membantu ilmuwan lain untuk mengembangkan alat untuk memerangi
penyebarannya suatu hari nanti. Misalnya, poin penelitian baru ini
mengusulkan adanya alat untuk membatasi penggunaan bot pada media sosial.
Bot adalah program komputer yang secara otomatis menghasilkan pesan seperti tweet yang membanjiri media sosial dengan informasi berkualitas rendah. Pembatasan penggunaan bot akan mencegah penyebaran informasi yang keliru.
Aplikasi yang membatasi penggunaan bot akan mengurangi tingkat beban
informasi yang diterima oleh pengguna media sosial. "Mendeteksi bot di
media sosial adalah tugas yang sangat menantang," kata Profesor
informatika dan ilmu komputer di Universitas Indiana Filippo Menczer.
Menczer mengatakan bot dalam jumlah besar bisa dikelola
melalui perangkat lunak khusus. "Jika platform media sosial dapat
mendeteksi dan menangguhkan bot di media sosial yang menipu
akan ada lebih sedikit informasi berkualitas rendah yang mengesampingkan
informasi berkualitas tinggi," kata Menczer.
Namun, dia menerangkan, ada tantangan dalam membangun aplikasi yang mendeteksi dan menangguhkan bot, yaitu akurasi. Sistem tersebut tidak selalu akurat. "Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk merancang sistem deteksi bot yang cepat dan akurat, kata dia.
REPUBLIKA
Inilah hasil studi yang dilansir dari Live Science pada Ahad (2/7). Para peneliti melihat beberapa mekanisme potensial yang mungkin berperan dalam penyebaran informasi yang keliru. Hal ini dilakukan oleh para peneliti dengan mengembangkan model komputer untuk membagikan meme sehingga terlihat bagaimana perhatian individu dan muatan informasi yang diterima oleh pengguna media sosial mempengaruhi popularitas meme berkualitas rendah dan tinggi.
Para peneliti menganggap meme lebih berkualitas kalau orisinal, memiliki foto yang indah atau memuat informasi yang benar. Para peneliti menemukan meme berkualitas rendah dan tinggi memiliki kecenderungan yang sama untuk dibagikan karena perhatian pengguna media sosial yang terbatas.
Para pengguna menerima terlalu banyak informasi sehingga tidak dapat membedakan antara meme berkualitas rendah dan tinggi. Temuan ini menjelaskan mengapa informasi berkualitas rendah seperti berita palsu dan hoax cenderung menyebar meski memiliki kualitas yang rendah.
Bot adalah program komputer yang secara otomatis menghasilkan pesan seperti tweet yang membanjiri media sosial dengan informasi berkualitas rendah. Pembatasan penggunaan bot akan mencegah penyebaran informasi yang keliru.
Namun, dia menerangkan, ada tantangan dalam membangun aplikasi yang mendeteksi dan menangguhkan bot, yaitu akurasi. Sistem tersebut tidak selalu akurat. "Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk merancang sistem deteksi bot yang cepat dan akurat, kata dia.
REPUBLIKA
0 Komentar