KH Maimoen Zubair mengingatkan potensi kerugian negara yang sangat besar jika pabrik semen di Rembang ditutup permanen. “Kalau negara mau bangkrut, ya tutup saja pabrik semen itu selamanya,” kata Mbah Moen, sapaan akrab pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah tersebut.
Mbah Moen dijumpai di kediamannya usai memberikan kajian rutin setelah shalat subuh. Setiap pagi sehabis mengajar para santri, Mbah Moen menerima tamu-tamunya. Para tamu yang datang dari berbagai kalalangan, baik para alumni pondok maupun bukan, baik masyarakat awam maupun pejabat. Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto, juga pernah sowan Mbah Moen.
Lebih lanjut mbah Moen memberi contoh bagaimana industri gula yang semula dikuasai negara, kemudian banyak perusahaan swasta yang terjun. Ketika industri gula dikuasai negara, petani tebu benar-benar menikmatinya, demikian juga masyarakat konsumen. Namun setelah industri gula dikuasai swasta, petani tebu nasibnya tidak sebagus dulu. Dengan merujuk pada pengalaman pabrik gula, mbah Moen berharap pabrik semen di Rembang yang dikelola negara (BUMN) dapat dilanjutkan pengoperasiannya.
Untuk diketahui, pabrik semen di Rembang sebenarnya sudah siap produksi. Uji coba produksi pun telah dilakukan dengan mengambil sebagian material dari Tuban dan telah memproduksi 5.000 ton. Namun, uji coba dan produksi tidak bisa dilanjutkan karena diperintahkan untuk berhenti operasi.
Mbah Mun berharap, keberadaan pabrik semen di Rembang dapat menyejahterakan rakyat Rembang, dengan terbukanya lapangan pekerjaan. Pabrik semen di Rembang menyerap ribuan pekerja asal Rembang, sejak prakonstruksi, pembangunan pabrik maupun saat produksi semen ke depan. Itulah sebabnya mbah Moen mendorong agar pabrik semen dapat dilanjutkan, yang selain menyerap tenaga kerja, juga menghindarkan kerugian negara melalui investasi BUMN tersebut. ***/Skj
0 Komentar