Dalam dunia kreatif, risiko terberat adalah ketika tidak bisa menemukan atau menciptakan sesuatu yang baru. Namun, Adita Mirza, Executive Creative Director The Drawing Squad memiliki trik tersendiri untuk menerabas stagnasi ini. “Baru atau basi!” katanya. Apa maksudnya?

Masih ingat dengan sebuah iklan TV yang menayangkan adegan di mana seekor primata memakai gaun pengantin dan bersanding dengan seorang pria? Iklan yang sempat di-banned ini dianggap Adita sebagai salah satu milestone di bidang yang sudah 6 tahun digelutinya. “Sebenarnya pertama kali tertarik pada dunia iklan sewaktu melihat iklan baju Oto Ono, saat masih mahasiswa,” kenang pria alumni FISIP Universitas Indonesia 2002 ini.
Bagi Adita, apapun yang terjadi, iklan tetap merupakan salah satu cara yang paling ampuh untuk menciptakan brand image. “Meskipun banyak yang mengatakan bahwa iklan akan mati, tapi saya berpikir sebaliknya,” tegas Adita. Tahun 2002, Al Ries meluncurkan buku “The Fall of Advertising, The Rise of PR”—dengan tendensi bahwa peran PR akan lebih menonjol, suatu hal yang tidak disetujui Adita. “Selama manusia masih membeli produk dengan melibatkan emosinya, dan tidak cuma menggunakan pertimbangan rasional saja, advertising akan terus hidup,” jelas pria kelahiran Bogor, 27 Maret 1976 ini.
Namun Adita setuju bahwa cara-cara periklanan yang konvensional makin lama makin tidak efektif. “Jadi yang akan mati adalah caranya itu,” ujar Adita. Pria yang sempat berkarier di McCann Erickson pada 2001-2004 dengan jabatan tertinggi Creative Group Head ini meyakini bahwa saat ini telah terjadi evolusi baik untuk cara maupun contentnya. “Gaya-gaya beriklan saat ini sudah jauh lebih kreatif dibandingkan tahun 1990-an. Bahkan mulai banyak karya iklan Tanah Air yang mendapat penghargaan kelas dunia,” kata Adita. Kondisi ini, menurut Adita membuat konsumen jauh lebih kritis, dan klienpun banyak yang semakin sadar bahwa iklan tidak cuma menyampaikan pesan, tapi juga harus bisa membuat penonton terhibur.
Dalam kaitan dengan hal ini, Adita menjelaskan bahwa harus ada sikap mental yang dihayati untuk berkarya di bidang kreatif. “Harus punya motto 'baru atau basi', maksudnya kalau ide tidak lagi baru, maka ide tersebut pasti basi,” kata Adita. Lantas bagaimana agar selalu 'baru'? “Kita tidak boleh mengatakan sesuatu itu 'tidak mungkin', 'tidak bisa', 'tidak ada cara lain', tapi semuanya harus diubah menjadi 'semua itu mungkin', atau 'pasti ada cara lain'”, tambah Adita. Tidak cuma itu, pemahaman terhadap baru atau basi ini harus menyentuh dimensi habit atau preferensi pribadi yang terus mengikuti trend. “Jadi kalau kita masih menganggap joke yang kita dengar seminggu yang lalu, masih lucu atau film yang kita tonton setahun yang lalu masih keren, seharusnya kita berpikir kalau kita tidak move on,” kata Adita yang mengaku tertarik juga untuk membuat cerita film. 
 
Dengan segenap karakter kreatifnya itu, Adita telah menghasilkan beberapa karya yang masuk dalam kategori “talk of the town” commercial. Diantara yang dibesut pria yang pernah dipercaya Hotline sebagai Creative Director dari tahun 2004-2006 ini adalah iklan Coca Cola versi Kabayan dengan catch phrase “hawayu” dan versi “lirikan matamu”.
Menggarap iklan XL yang bernuansa komedi, menurut Adita, yang terpenting sebenarnya adalah persepsi yang diharapkan timbul dari konsumen. “Dengan harga murah, produk itu pasti termasuk low involvement product, jadi pendekatan serius tidak begitu cocok,” kata Adita yang menganggap komedi sebagai bahasa universal. 
 
Kreativitas Adita juga diakui oleh Aryo Hastuprabowo, Direktur Utama The Drawing Squad. “Adita itu suka gila-gilaan dalam menggarap satu campaign,” kata Aryo. Aryo melihat Adita sebagai sosok yang tidak terpengaruh oleh mood, dan alam kreatifnya tidak terpengaruh oleh permasalahan personal. “Sebenarnya dia bukan orang yang perfeksionis, tapi cuma ingin melakukan yang terbaik untuk pekerjaannya,” kata Aryo. Pria ini menambahkan bahwa salah satu kekuatan Adita adalah kemampuannya untuk mengambil ide dalam kehidupan sehari-hari menjadi storyline yang segar. “Hal ini yang tidak pernah terbayangkan oleh yang lain,” tutup Aryo.

 Bagaimana kunci mempertahanakan kualitas kreativitas?
Never do the same thing twice”. Dengan begitu, kita selalu tertantang untuk mencari ide baru, original, dan fresh. Jangan terlalu banyak bekerja, sering bermain dan melakukan hal yang asyik.
Prinsip untuk tetap kreatif?
Jangan sampai berhenti menerima hal baru. Harus tetap mengikuti semua perkembangan apapun. Jangan pernah merasa tua untuk hal-hal baru, supaya referensi tidak mandek. Harus punya banyak temen, yang seumur ataupun yang jauh lebih muda.

sumber: www.mix.co.id

-----------------------------------------------------
Sukses deh buat Icak, Anda salah satu di antara alumni Poltek UI, Grafika & Penerbitan yang sukses di bidangnya. Wah,..coba fotonya pakai yang terbaru,...berambut gimbal :)